Jujur ini adalah masa paling membingunkan sekaligus mendebarkan. Gue akan memasuki tahapan baru dalam menulis sebagai seorang desainer yang akan bekerja secara profesional. Jadi biar waktu yang membuka segala wawasan dan pengalaman dalam menjajaki profesi ini.
Aku Mau ke Yokohama Waterfront City
proses dalam menjalani masa kuliah di arsitektur
Sabtu, 18 Mei 2013
Selasa, 10 Juli 2012
Arsitek Harus Menjadi (Penjual Diri Part 2)
Arsitek biasanya bekerja dalam ranah yang hasil akhirnya adalah produk desain. Mirip sedikit seperti seniman lukis digabung melalui proses berfikir dan negosiasi. Gue pernah mendengar sebuah cerita dari seorang motivator di salah satu stasiun tv, yang pada intinya menyebutkan bahwa menjual itu sama pentingnya seperti membikin sesuatu. Dimana ia bercerita tentang 2 orang pelukis yang memiliki lukisan dengan nilai jual yang sangat tinggi tetapi berbeda dalam menikmati hasilnya. pelukis pertama dikatakan harus menjual lukisannya kepada pemilik pom bensin dikarenakan tidak memiliki uang lagi dan membayarnya dengan menggunakan lukisannya agar tangki bensinnya dapat terisi lagi.dan sepeninggalnya pelukis tersebut, lukisan yang pernah ditukarkannya dengan bensin tersebut bernilai sangat fantastis, dan tragisnya ia tidak dapat menikmati hasilnya sebelum ia meninggal. Pelukis kedua dikatakan akan melakukan sebuah pameran lukisan tetapi tidak memiliki uang untuk mengadakan pameran tersebut. lalu kemudian ia bersiasat untuk bernegosiasi dengan pemilik hotel agar ia dapat melakukan pameran di hotel tersebut dan pihak hotel akan mendapatkan kunjungan dari orang yang akan diundangnya. Sebuah proses memenangkan hati sang pemilik hotel,dan ini cerdik sekali. Lalu kemudian ia menelpon satu persatu orang yang diharapkan akan mengunjungai pameran lukisan tersebut dan membelinya.dan lukisan tersebut pun memiliki nilai jual yang sama seperti lukisan si pelukis yang pertama. dan ia pun dapat menikmatinya .
Orang akan menyebut ini strategi marketing. Arsitek bila dari awal tidak sanggup menjual diri melalui karya, akan seterusnya seperti itu. Idealisme gagasan tentang konsep dipereteli olah keinginan klien yang mengganggu orisinalitas karya, dipereteli oleh hukum pasar, dipereteli oleh style musiman. Setelah mengumpulkan karya terbangun apa masih memiliki muka untuk mengadakan openhouse? apalagi dalam skala pameran. Sangat disayangkan...
Seorang pengusaha seperti Bob Sadino pernah mengatakan " Saya lebih bangga kepada orang yang berhasil menjual ketimbang membuatnya. Saya sanggup menjual terong dengan harga berkali lipat harga pasar tetapi saya tidak menanam terong". ya tentu saja bisa seperti itu, sayur mayur yang ia jual berkualitas sangat baik menurut konsumennya. ia hanya menawarkan apa yang konsumennya tawarkan. ia pun tidak sembarangan dalam menentukan pasar yang akan membeli produknya. dimana konsumennya adalah kaum ekspat.
Arsitek bisa saja menentukan pasar seperti apa yang ia inginkan, seperti apa klien yang akan menggunakan jasa desainnya, dan seberapa besar idealisme akan sebuah gagasan dapat tercapai. Dan ini sangat tergantung dari Sang Penjual diri tersebut. Ingin menjual diri dengan harga tinggi atau Penjual diri dengan harga rendah.
Konservasi Arsitektur ( Museum Fatahillah )
Museum Fatahillah yang juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 2, Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi.
Gedung ini dulu adalah sebuah Balai Kota (bahasa Belanda: Stadhuis) yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jendral Johan van Hoorn. Bangunan itu menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara.
Dan padatanggal 30 Maret 1974, gedung ini kemudian diresmikan sebagai Museum Fatahillah.
Sejarah
Gedung Museum Sejarah Jakarta mulai dibangun pada tahun 1620 oleh Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen sebagai gedung balai kota kedua pada tahun 1626 (balai kota pertama dibangun pada tahun 1620 di dekat Kalibesar Timur). Menurut catatan sejarah, gedung ini hanya bertingkat satu dan pembangunan tingkat kedua dilakukan kemudian. Tahun 1648 kondisi gedung sangat buruk. Tanah Jakarta yang sangat labil dan beratnya gedung menyebabkan bangunan ini turun dari permukaan tanah. Solusi mudah yang dilakukan oleh pemerintah Belanda adalah tidak mengubah pondasi yang sudah ada, tetapi menaikkan lantai sekitar 2 kaki (56 cm). Menurut suatu laporan 5 buah sel yang berada di bawah gedung dibangun pada tahun 1649. Tahun 1665 gedung utama diperlebar dengan menambah masing-masing satu ruangan di bagian Barat dan Timur. Setelah itu beberapa perbaikan dan perubahan di gedung stadhuis dan penjara-penjaranya terus dilakukan hingga menjadi bentuk yang kita lihat sekarang ini.
Selain digunakan sebagai stadhuis, gedung ini juga digunakan sebagai ‘’Raad van Justitie'’ (dewan pengadilan). Pada tahun 1925-1942, gedung ini dimanfaatkan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan pada tahun 1942-1945 dipakai untuk kantor pengumpulan logistik Dai Nippon. Tahun 1952 gedung ini menjadi markas Komando Militer Kota (KMK) I, lalu diubah kembali menjadi KODIM 0503 Jakarta Barat. Tahun 1968, gedung ini diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta, lalu diresmikan menjadi Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974.
Seperti umumnya di Eropa, gedung balaikota dilengkapi dengan lapangan yang dinamakan ‘’stadhuisplein'’. Menurut sebuah lukisan uang dibuat oleh pegawai VOC ‘'’Johannes Rach”’ yang berasal dari ‘'’Denmark”’, di tengah lapangan tersebut terdapat sebuah air mancur yang merupakan satu-satunya sumber air bagi masyarakat setempat. Air itu berasal dari Pancoran Glodok yang dihubungkan dengan pipa menuju stadhuiplein. Pada tahun 1972, diadakan penggalian terhadap lapangan tersebut dan ditemukan pondasi air mancur lengkap dengan pipa-pipanya. Maka dengan bukti sejarah itu dapat dibangun kembali sesuai gambar Johannes Rach, lalu terciptalah air mancur di tengah Taman Fatahillah. Pada tah
Selain digunakan sebagai stadhuis, gedung ini juga digunakan sebagai ‘’Raad van Justitie'’ (dewan pengadilan). Pada tahun 1925-1942, gedung ini dimanfaatkan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan pada tahun 1942-1945 dipakai untuk kantor pengumpulan logistik Dai Nippon. Tahun 1952 gedung ini menjadi markas Komando Militer Kota (KMK) I, lalu diubah kembali menjadi KODIM 0503 Jakarta Barat. Tahun 1968, gedung ini diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta, lalu diresmikan menjadi Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974.
Seperti umumnya di Eropa, gedung balaikota dilengkapi dengan lapangan yang dinamakan ‘’stadhuisplein'’. Menurut sebuah lukisan uang dibuat oleh pegawai VOC ‘'’Johannes Rach”’ yang berasal dari ‘'’Denmark”’, di tengah lapangan tersebut terdapat sebuah air mancur yang merupakan satu-satunya sumber air bagi masyarakat setempat. Air itu berasal dari Pancoran Glodok yang dihubungkan dengan pipa menuju stadhuiplein. Pada tahun 1972, diadakan penggalian terhadap lapangan tersebut dan ditemukan pondasi air mancur lengkap dengan pipa-pipanya. Maka dengan bukti sejarah itu dapat dibangun kembali sesuai gambar Johannes Rach, lalu terciptalah air mancur di tengah Taman Fatahillah. Pada tah
Langgam Bangunan
Arsitektur bangunannya bergaya abad ke-17 bergaya neoklasik dengan tiga lantai dengan cat kuning tanah, kusen pintu dan jendela dari kayu jati berwarna hijau tua. Bagian atap utama memiliki penunjuk arah mata angin.
Museum ini memiliki luas lebih dari 1.300 meter persegi. Pekarangan dengan susunan konblok, dan sebuah kolam dihiasi beberapa pohon tua.
Museum ini memiliki luas lebih dari 1.300 meter persegi. Pekarangan dengan susunan konblok, dan sebuah kolam dihiasi beberapa pohon tua.
Interior
Tata ruang dalam Museum Fatahillah dipersiapkan untuk menampilkan cerita berdasarkan kronologis sejarah Jakarta dalam bentuk display, diperlukan koleksi-koleksi yang berkaitan dengan sejarah dan ditunjang secara grafis dengan menggunakan foto-foto, gambar-gambar dan sketsa, peta dan label penjelasan agar mudah dipahami dalam kaitannya dengan faktor sejarah dan latar belakang sejarah Jakarta.dengan beberapa fasilitas ruang antara lain: Perpus, kantin museum, ruang sinema, souvenir shop,ruang pertemuan, ruang pamer, taman dalam.
Serta aktivitas yang dapat diikuti seperti:
1. Wisata Jakarta Lama, minimal 20 Orang
2. Wisata Night at Museum, minimal 20 Orang
3. Workshop Sketsa Gedung Tua, minimal 10 Orang
4. Nonton Bareng film-film Jadul, minimal 20 Orang
5. Pentas Seni Ala Jakarta
2. Wisata Night at Museum, minimal 20 Orang
3. Workshop Sketsa Gedung Tua, minimal 10 Orang
4. Nonton Bareng film-film Jadul, minimal 20 Orang
5. Pentas Seni Ala Jakarta
sumber :
Wikipedia
http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Fatahillah
Wikipedia
http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Fatahillah
Jumat, 01 Juni 2012
Bersikap Dalam Sebuah Sayembara Arsitektur
Dalam beberapa ranah kompetisi desain
yang pernah gue dan tim ikuti. Cukup sering diri ini dihinggapi oleh
perasaan ingin memenangkan juara pertama dalam kompetisi tersebut.
Hal ini bukannya selalu berkonotasi positif,namum dalam sudut pandang
tertentu, ini malah menjadikan ganjalan tersendiri dihati.ko bisa??
Cukup sering gue melihat bagaimana
nominator 5 besar sayembara, biasanya... biasanya loh, ada yang
mengadaptasi gagasan yang juga pernah digagas oleh juri dan sanggup
memenangkan sayembara tersebut. Dalam kasat mata mungkin gagasan yang
coba dikeluarkan telah dilakukan tambal sulam sehingga, apabila orang
yang belum mengetahui karakter juri bisa saja tidak menjadi begitu
kritis dalam menanggapi kemenangan tersebut. Hal ini bukannya tidak
menggetarkan hati, yang ada malah memunculkan kegentaran sendiri
apabila gagasan yang murni menjadi gagasan kami selaku peserta
sayembara dan tidak masuk pula kedalam nominasi kompetisi yang sedang
kami ikuti. Kata orang sini, ada perasaan ” Dongkol”. Kami yang
sedang berupaya menggali masalah untuk memunculkan gagasan sendiri
dalam pemecahan masalah kompetisi tersebut, eh malah tim lo yang
bisa masuk nominasi, dengan gagasan pinjaman pula. Sudut pandang ini
muncul karena seiring semakin kritisnya gue dalam mengikuti
sayembara-sayembara arsitektur. Mungkin bisa salah tapi bisa jadi
benar . Entahlah... yang pasti gue ada dijenjang yang lain ketika
harus mengambil sikap. Sebuah jenjang yang memastikan gue bahwa
kesejatian seorang perancang ruang dimulai dalam menentukan sikapnya
disini. Ditahapan, dimana ia harus selalu mempertanyakan apa yang ia
lakukan apakah telah sesuai dengan hati nuraninya.
Dalam tahap evaluasi kerja, gue masih
dapat tersenyum dengan bangga bahwa, gagasan gue jauh lebih mewakili
kesejatian gue sebagai calon perancang ruang dimana, orisinalitas
pemikiran sendiri telah tercapai dengan baik. Walapun tidak bisa
berada dalam jajaran 5 besar nominator. Gue berfikir, menjadi
seseorang yang meminjam gagasan juga bisa gue tempuh, untuk
memasukkan gue kedalam jajaran pemenang, tapi gue pasti akan
menyesali hal itu karena telah menyiakan kesempatan untuk menjadikan
kompetisi sebagai sarana mengolah gagasan sendiri.
Dan gue masih selalu membaca
“Relativitas” mas Mamo sebagai kitab yang harus gue baca
terus,kerjakan, baca terus dan kerjakan setiap kali mengikuti
sayembara arsitektur. Andaikan setiap arsitek di Indonesia mampu
mengeluarkan buku dengan kualitas “Relativitas”. Semoga...
Rabu, 09 Mei 2012
Minggu, 12 Februari 2012
Penggalauan calon ST
Dari beberapa fase penggalauan untuk memastikan apa sebenarnya yang bisa gw dapatkan dari profesi arsitek bila tidak mampu memposisikan diri sebagai pekerja seni yang kreatif ? dimana seringkali gagasan yang ada dikepala seringkali hadir juga bersamaan dengan intensitas ego yang cukup kuat... gw butuh peluang mempertanyakan apa yang gw butuhkan dari profesi ini dengan memcoba kesempatan yang gw sendiri belum tau untuk apa... arsitektur akan membawa gw pada sutu pencariaan pengalaman meruang yang coba gw panggil kembali di langit ingatan yang....Mmm tinggal beberapa waktu lagi untuk mencapai fase yang menhawatirkan akan sebuah percobaan.
Kamis, 19 Januari 2012
Apa Kata Mahasiswa/i Arsitektur
- Gak ada tugas yg bisa diselesaikan dlm sekali, semua hrs dicicil. Gak mungkin kita makan gajah dlm sekali telan
- Belum cinta Arsitektur,klo begadang krn tugas aja masih ngeluh-ngeluh
- kuliah arsitektur » uji kreatifitas, uji mental, uji ketahanan fisik ..
- Yang masih ngerjain tugas gambar,ayo jangan lupa klik tombol save nya....daripada nanti nangis guling2 garuk aspal gara2 lupa nge-save
- NASI UDUK DI EMBAT MALING,walau tugas di arsitektur bikin kamu sibuk,tetep...jgn prnh berpaling :D
- Malam Jumat masih kalah lebih serem dari pd Malam Pengumpulan Tugas
- Banyak tugas gak bisa ngapa2in,Tugasnya udah gak ada malah bingung mau ngapain
- Tugas & Deadline Udah kaya' Film India, Kejar-Kejaran | ...
- tips anak arsitek ngadepin mertua galak: Kamu gak pantes sama anak saya! Gak sederajat! | Maaf.. ibu salah ukur kali.. *ngasih busur*
- Kalimat "Tugas banyak" itu maksudnya,tugasnya lebih dari satu,atau tugasnya satu tapi isinya banyak?
- Coba deh,liat di bawah tempat tidurnya ada apa | Ada Hantu? | Gak, ada Tugas2 Gambar Numpuk | ...
- Yang besok pagi ujian,belajar secukupnya,jangan sok begadang,Takutnya malah gk bisa bangun besok pagi. Semangat (»'⌣'«) !
- Masa2 Begadang & Kuliah saat ini,akan mnjd Masa2 yang Indah Bagi Kesuksesan kt di Masa Depan. Semangat! Terus Berkarya Teman Teman (˘⌣˘)ง
- GSB | Galau Studio Banget (⌣́_⌣̀)
- KDB | Kantuk Disebabkan Begadang
- KLB | Kangen Luar Biasa
- TGIAF - Tugas Gambar Insya Allah Full
#SesuatuYah - Ngerjain Tugas Gambar Itu Kayak Kredit Motor,harus di Cicil
- GALAU Itu,Memilih antara ngerjain tugas Gambar di Malam Minggu,atau kangen Banget pengen ketemu Pacar
- Masi Mending Berantem Gara2 Tugas,Dari Pada Berantem Gara2 yang Lain :p
Sabtu, 07 Januari 2012
Rabu, 28 Desember 2011
Susah Kaya Susah Miskin (Profesi Apa Nih?)
Dari beberapa bacaan memang tidak telalu ekstrim dijabarkan kenapa sampai profesi ini bisa begitu sulit untuk memperoleh kekayaan. Entah karena proyek yang didapatkan tidak terlalu banyak bahkan dalam hitungan tahun hingga lamanya proses pencapaian hasil akhir karya terbangun tersebut, jadi bukan tidak mungkin profesi ini justru kurang cocok untuk para pencari kekayaan ( kalo mencari hal lain mungkin bisa saja ) walaupun mudah tentunya untuk dapat bertahan dalam prosesnya. Profesi ini juga dapat dimulai dengan dana yang amat minim walaupun kita baru memulainya atau setelah sekian lama meningggalkannya lalu akan memulainya kembali. Nah mau sesulit apapun masih dapat bekerja menjadi arsitek bukan?!...
balikin lagi ke judul, Susah Kaya Susah Miskin, profesi gak pernah seaneh ini hahaha... tapi saya suka :)
balikin lagi ke judul, Susah Kaya Susah Miskin, profesi gak pernah seaneh ini hahaha... tapi saya suka :)
Selasa, 20 Desember 2011
Penghargaan Yang Diberikan IAI ( Ikatan Arsitek Indonesia) Dalam Keprofesian Arsitek
Sebelumnya,
Cuma rasa penasaran gue yang luar biasa aja yang membuat gue iseng
nulis mengenai penghargaan apa saja yang yang ada di bidang
keprofesian arsitektur baik itu produk hingga arsiteknya atau bahkan
ada penghargaan yang tidak hanya mencakup 2 aspek tersebut. Untuk
saat ini hanya sebatas penghargaan dalam skala nasional. Penghargaan
skala internasionalnya menyusul deh .
PENGGOLONGAN
Penghargaan IAI diberikan
kepada objek-objek yang terbagi atas 3 golongan besar, yaitu
penghargaan untuk karya arsitektur, pelaku
serta pemerhati arsitektur dan kantor
Tipe penghargaannya dibagi
atas:
- Bangunan Gedung
- Kawasan
- Arsitek
- Masyarakat
- Kantor arsitek
- Kantor Konsultan
(1) Penghargaan
kepada Bangunan Gedung
Penghargaan
IAI untuk bangunan gedung diberikan kepada bangunan gedung karya para
arsitek IAI di Indonesia. Juga karya para arsitek anggota IAI di
mancanegara. Karya-karya tersebut dikelompokkan dengan system
kategorisasi, klasifikasi, dan tipologi sebagai berikut:
- Kategorisasi
- Gedung Hunian
- Gedung Bukan Hunian
- Gedung Campuran
- Gedung Fasilitas Khusus
- Gedung Lama
- Klasifikasi
- Gedung Hunian
- Gedung Hunian Tetap
- Gedung Hunian Tidak Tetap
- Gedung Bukan Hunian
- Perkantoran
- Perdagangan
- Pameran
- Penyimpanan/Pergudangan
- Industri/Pabrik
- Laboratorium
- Pendidikan
- Pelayanan Kesehatan Terbatas
- Keagamaan
- Kebudayaan
- Pelayanan umum dan social
- Gedung Campuran
- Berbagai kombinasi gedung hunian dan bukan hunian, mengikuti perkembangan periode terkait
- Gedung Fasilitas Khusus
- Gedung Resiko Tinggi
- Kompleks Militer
- Kompleks kegiatan dengan tingkat keamanan tinggi
- Gedung Fasilitas Khusus
- Gedung Lama
- Konservasi
- Renovasi
- Rekonstruksi
- Restorasi
- Rehabilitasi
- Revitalisasi
- Tipologi
Tipe-tipe
bangunan gedung yang dapat diberi penghargaan IAI ditetapkan oleh
komisi pelaksanaan penghargaan IAI stelah memperoleh masukan dari
para juri. Penetapan tersebut harus mengikuti klasifikasinya
masing-masing dan sedapat mungkin tidak terjadi tumpang tindih.
(2) Penghargaan
kepada Kawasan
Diberikan
kepada perencanaa kawasan dan perancangan isinya sebgai satu
kesatuan. Batasan untuk kawasan adalah:
- Lingkungan buatan yang merupakan bagian sebuah kota atau desa
- Dapat berupa kawasan mult-ifungsi maupun mono-fungsi
(3) Penghargaan
kepada Arsitek
Diberikan
kepada arsitek anggota IAI maupun bukan, warga Negara Indonesia
ataupun bukan, yang dinilai berjasa terhadap perkembangan wacana
arsitektur Indonesia.
(4) Penghargaan
kepada Masyarakat
Diberikan
kepada mereka yang dinilai berjasa mendukungperkembangan wacana
arsitektur Indonesia, seperti :
- Pemilik/Pengguna bangunan
- Lembaga pemerintah atau swasta
- Lembaga swadaya masyarakat
- Kelompok masyarakat atau perorangan
(5) Penghargaan
kepada kantor Arsitek
Diberikan
kepada arsitek yang kantornya dinilai member jasa pelayanan yang
konsisten sehingga mengangkat citra arsitek dan arsitektur Indonesia.
(6) Penghargaan
kepada kantor konsultan
Diberikan
kepada konsultan pendukug jasa pelayanan arsitektur yang kantornya
dinilai member jasa pelayanan terbaik untuk menghasilkan karya
arsitektur berkualitas tinggi secara konsisten.
Minggu, 18 Desember 2011
Arsitek Bisa Menjadi Pelacur (Penjual Diri)
Ini tulisan macam apa lagi menyamakan arsitek dengan
pelacur. Seolah-olah merendahkan keprofesian arsitek. Namun, kita
belum tau bagaimana pekerjaan dibidang jasa ini dapat berada di
ranah yang begitu menghawatirkan karena punya kecendrungan
memunculkan ekspektasi yang tidak enak dan merata kepada arsitek yang
tidak melacur ( yang telah menjadi arsitek penjual diri pasti ksel
sama tulisan ini )
Kita urai dulu bagaimana kemudian sebutan ini bisa
muncul. Seorang Penjual diri (sebutlah seperti PSK) biasanya
melakukan sebuah tindakan perendahan diri dengan menjual dirinya atau
kehormatannya dengan biaya yang sangat rendah. Tuntutan pemenuhan
sehari-hari katanya. Sebutlah A orang yang kesehariannya tersebut
menggunakan busana yang tertutup dan santun. Nah opini masayarakat
terhadap orang yang berbusana tertutup ini kan sangat positif. Lalu
kalau ada B seorang penjual diri yang dengan sengaja ataupun tidak
melakukan tindakan merendahkan harga diri tersebut dan diketahui
masyarakat . Maka opini yang terbentuk terhadap A ataupun orang
–orang lain yang berbusana tertutup menjadi rancu kan?... Ini akan
cenderung merugikan bagi si A maupun yang lainnya toh.
Arsitek A bekerja sebagai penjual jasa desain yang
tentu ingin mendapatkan penghargaan berupa upah yang “layak”
terhadap buah pikiran atas karya tersebut. Lalu ada arsitek B yang
mau menerima jasa desain murah bahkan yang
paling ekstrim mengiklankan jasa desain murah tersebut media.
Tindakan B ini punya potensi merusak “market” jasa arsitek dan
akan membawa ekspektasi jasa arsitektur itu hanya sebagai tukang
gambar. Ngenes gak tuh kalau opini masyarakat terhadap jasa desain
arsitektur menjadi picik seperti itu? …
Namun ada juga pendapat,bahwa jasa produk pikir tersebut
bisa saja tidak ada nilai yang pasti. Bisa jadi nilainya sangat
rendah bahkan sangat tinggi. Sebuah relatif yang mesti disikapi
secara lebih sensitif. Kalau jasa ini bernilai sangat tinggi dapat
dikatakan profesi ini aman. Sedangkan jika jasa ini bernilai sangat
rendah, bagaimana profesi ini dapat bertahan dan menjalankan
perannya?
Bagaimana cara memasyarakatkan arsitektur dalam lingkup
masyrakat menengah dan menengah ke bawah
Minggu, 11 Desember 2011
Langganan:
Postingan (Atom)