Ini tulisan macam apa lagi menyamakan arsitek dengan
pelacur. Seolah-olah merendahkan keprofesian arsitek. Namun, kita
belum tau bagaimana pekerjaan dibidang jasa ini dapat berada di
ranah yang begitu menghawatirkan karena punya kecendrungan
memunculkan ekspektasi yang tidak enak dan merata kepada arsitek yang
tidak melacur ( yang telah menjadi arsitek penjual diri pasti ksel
sama tulisan ini )
Kita urai dulu bagaimana kemudian sebutan ini bisa
muncul. Seorang Penjual diri (sebutlah seperti PSK) biasanya
melakukan sebuah tindakan perendahan diri dengan menjual dirinya atau
kehormatannya dengan biaya yang sangat rendah. Tuntutan pemenuhan
sehari-hari katanya. Sebutlah A orang yang kesehariannya tersebut
menggunakan busana yang tertutup dan santun. Nah opini masayarakat
terhadap orang yang berbusana tertutup ini kan sangat positif. Lalu
kalau ada B seorang penjual diri yang dengan sengaja ataupun tidak
melakukan tindakan merendahkan harga diri tersebut dan diketahui
masyarakat . Maka opini yang terbentuk terhadap A ataupun orang
–orang lain yang berbusana tertutup menjadi rancu kan?... Ini akan
cenderung merugikan bagi si A maupun yang lainnya toh.
Arsitek A bekerja sebagai penjual jasa desain yang
tentu ingin mendapatkan penghargaan berupa upah yang “layak”
terhadap buah pikiran atas karya tersebut. Lalu ada arsitek B yang
mau menerima jasa desain murah bahkan yang
paling ekstrim mengiklankan jasa desain murah tersebut media.
Tindakan B ini punya potensi merusak “market” jasa arsitek dan
akan membawa ekspektasi jasa arsitektur itu hanya sebagai tukang
gambar. Ngenes gak tuh kalau opini masyarakat terhadap jasa desain
arsitektur menjadi picik seperti itu? …
Namun ada juga pendapat,bahwa jasa produk pikir tersebut
bisa saja tidak ada nilai yang pasti. Bisa jadi nilainya sangat
rendah bahkan sangat tinggi. Sebuah relatif yang mesti disikapi
secara lebih sensitif. Kalau jasa ini bernilai sangat tinggi dapat
dikatakan profesi ini aman. Sedangkan jika jasa ini bernilai sangat
rendah, bagaimana profesi ini dapat bertahan dan menjalankan
perannya?
Bagaimana cara memasyarakatkan arsitektur dalam lingkup
masyrakat menengah dan menengah ke bawah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar