Minggu, 18 Desember 2011

Arsitek Bisa Menjadi Pelacur (Penjual Diri)


Ini tulisan macam apa lagi menyamakan arsitek dengan pelacur. Seolah-olah merendahkan keprofesian arsitek. Namun, kita belum tau bagaimana pekerjaan dibidang jasa ini dapat berada di ranah yang begitu menghawatirkan karena punya kecendrungan memunculkan ekspektasi yang tidak enak dan merata kepada arsitek yang tidak melacur ( yang telah menjadi arsitek penjual diri pasti ksel sama tulisan ini )
Kita urai dulu bagaimana kemudian sebutan ini bisa muncul. Seorang Penjual diri (sebutlah seperti PSK) biasanya melakukan sebuah tindakan perendahan diri dengan menjual dirinya atau kehormatannya dengan biaya yang sangat rendah. Tuntutan pemenuhan sehari-hari katanya. Sebutlah A orang yang kesehariannya tersebut menggunakan busana yang tertutup dan santun. Nah opini masayarakat terhadap orang yang berbusana tertutup ini kan sangat positif. Lalu kalau ada B seorang penjual diri yang dengan sengaja ataupun tidak melakukan tindakan merendahkan harga diri tersebut dan diketahui masyarakat . Maka opini yang terbentuk terhadap A ataupun orang –orang lain yang berbusana tertutup menjadi rancu kan?... Ini akan cenderung merugikan bagi si A maupun yang lainnya toh.
Arsitek A bekerja sebagai penjual jasa desain yang tentu ingin mendapatkan penghargaan berupa upah yang “layak” terhadap buah pikiran atas karya tersebut. Lalu ada arsitek B yang mau menerima jasa desain murah bahkan yang paling ekstrim mengiklankan jasa desain murah tersebut media. Tindakan B ini punya potensi merusak “market” jasa arsitek dan akan membawa ekspektasi jasa arsitektur itu hanya sebagai tukang gambar. Ngenes gak tuh kalau opini masyarakat terhadap jasa desain arsitektur menjadi picik seperti itu? …
Namun ada juga pendapat,bahwa jasa produk pikir tersebut bisa saja tidak ada nilai yang pasti. Bisa jadi nilainya sangat rendah bahkan sangat tinggi. Sebuah relatif yang mesti disikapi secara lebih sensitif. Kalau jasa ini bernilai sangat tinggi dapat dikatakan profesi ini aman. Sedangkan jika jasa ini bernilai sangat rendah, bagaimana profesi ini dapat bertahan dan menjalankan perannya?
Bagaimana cara memasyarakatkan arsitektur dalam lingkup masyrakat menengah dan menengah ke bawah

Tidak ada komentar: