Selasa, 10 Juli 2012

Arsitek Harus Menjadi (Penjual Diri Part 2)


Arsitek biasanya bekerja dalam ranah yang hasil akhirnya adalah produk desain. Mirip sedikit seperti seniman lukis  digabung melalui proses berfikir dan negosiasi. Gue pernah mendengar sebuah cerita dari seorang motivator di salah satu stasiun tv, yang pada intinya menyebutkan bahwa menjual itu sama pentingnya seperti membikin sesuatu. Dimana ia bercerita tentang 2 orang pelukis yang memiliki lukisan dengan nilai jual yang sangat tinggi tetapi berbeda dalam menikmati hasilnya. pelukis pertama dikatakan harus menjual lukisannya kepada pemilik pom bensin dikarenakan tidak memiliki uang lagi dan membayarnya dengan menggunakan lukisannya agar tangki bensinnya dapat terisi lagi.dan sepeninggalnya pelukis tersebut, lukisan yang pernah ditukarkannya dengan bensin tersebut bernilai sangat fantastis, dan tragisnya ia tidak dapat menikmati hasilnya sebelum ia meninggal. Pelukis kedua dikatakan akan melakukan sebuah pameran lukisan  tetapi tidak memiliki uang untuk mengadakan pameran tersebut. lalu kemudian ia bersiasat untuk bernegosiasi dengan pemilik hotel agar ia dapat melakukan pameran di hotel tersebut dan pihak hotel akan mendapatkan kunjungan dari orang yang akan diundangnya. Sebuah proses memenangkan hati sang pemilik hotel,dan ini cerdik sekali. Lalu kemudian ia menelpon satu persatu orang yang diharapkan akan mengunjungai pameran lukisan tersebut dan membelinya.dan lukisan tersebut pun memiliki nilai jual yang sama seperti lukisan si pelukis yang pertama. dan ia pun dapat menikmatinya .

Orang akan menyebut ini strategi marketing. Arsitek bila dari awal tidak sanggup menjual diri melalui karya, akan seterusnya seperti itu. Idealisme gagasan tentang konsep dipereteli olah keinginan klien yang mengganggu orisinalitas karya, dipereteli oleh hukum pasar, dipereteli oleh style musiman. Setelah mengumpulkan karya terbangun apa masih memiliki muka untuk mengadakan openhouse? apalagi dalam skala pameran. Sangat disayangkan...

Seorang pengusaha seperti Bob Sadino pernah mengatakan " Saya lebih bangga kepada orang yang berhasil menjual ketimbang membuatnya. Saya sanggup menjual terong dengan harga berkali lipat harga pasar tetapi saya tidak menanam terong". ya tentu saja bisa seperti itu, sayur mayur yang ia jual berkualitas sangat baik menurut konsumennya. ia hanya menawarkan apa yang konsumennya tawarkan. ia pun tidak sembarangan dalam menentukan pasar yang akan membeli produknya. dimana konsumennya adalah kaum ekspat.

Arsitek bisa saja menentukan pasar seperti apa yang ia inginkan, seperti apa klien yang akan menggunakan jasa desainnya, dan seberapa besar idealisme akan sebuah gagasan dapat tercapai. Dan ini sangat tergantung dari Sang Penjual diri tersebut. Ingin menjual diri dengan harga tinggi atau Penjual diri dengan harga rendah.

Konservasi Arsitektur ( Museum Fatahillah )

Museum Fatahillah yang juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 2, Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi.

Gedung ini dulu adalah sebuah Balai Kota (bahasa Belanda: Stadhuis) yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jendral Johan van Hoorn. Bangunan itu menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara.
Dan padatanggal 30 Maret 1974, gedung ini kemudian diresmikan sebagai Museum Fatahillah.

Sejarah
Gedung Museum Sejarah Jakarta mulai dibangun pada tahun 1620 oleh Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen sebagai gedung balai kota kedua pada tahun 1626 (balai kota pertama dibangun pada tahun 1620 di dekat Kalibesar Timur). Menurut catatan sejarah, gedung ini hanya bertingkat satu dan pembangunan tingkat kedua dilakukan kemudian. Tahun 1648 kondisi gedung sangat buruk. Tanah Jakarta yang sangat labil dan beratnya gedung menyebabkan bangunan ini turun dari permukaan tanah. Solusi mudah yang dilakukan oleh pemerintah Belanda adalah tidak mengubah pondasi yang sudah ada, tetapi menaikkan lantai sekitar 2 kaki (56 cm). Menurut suatu laporan 5 buah sel yang berada di bawah gedung dibangun pada tahun 1649. Tahun 1665 gedung utama diperlebar dengan menambah masing-masing satu ruangan di bagian Barat dan Timur. Setelah itu beberapa perbaikan dan perubahan di gedung stadhuis dan penjara-penjaranya terus dilakukan hingga menjadi bentuk yang kita lihat sekarang ini.

Selain digunakan sebagai stadhuis, gedung ini juga digunakan sebagai ‘’Raad van Justitie'’ (dewan pengadilan). Pada tahun 1925-1942, gedung ini dimanfaatkan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan pada tahun 1942-1945 dipakai untuk kantor pengumpulan logistik Dai Nippon. Tahun 1952 gedung ini menjadi markas Komando Militer Kota (KMK) I, lalu diubah kembali menjadi KODIM 0503 Jakarta Barat. Tahun 1968, gedung ini diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta, lalu diresmikan menjadi Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974.

Seperti umumnya di Eropa, gedung balaikota dilengkapi dengan lapangan yang dinamakan ‘’stadhuisplein'’. Menurut sebuah lukisan uang dibuat oleh pegawai VOC ‘'’Johannes Rach”’ yang berasal dari ‘'’Denmark”’, di tengah lapangan tersebut terdapat sebuah air mancur yang merupakan satu-satunya sumber air bagi masyarakat setempat. Air itu berasal dari Pancoran Glodok yang dihubungkan dengan pipa menuju stadhuiplein. Pada tahun 1972, diadakan penggalian terhadap lapangan tersebut dan ditemukan pondasi air mancur lengkap dengan pipa-pipanya. Maka dengan bukti sejarah itu dapat dibangun kembali sesuai gambar Johannes Rach, lalu terciptalah air mancur di tengah Taman Fatahillah. Pada tah

Langgam Bangunan
Arsitektur bangunannya bergaya abad ke-17 bergaya neoklasik dengan tiga lantai dengan cat kuning tanah, kusen pintu dan jendela dari kayu jati berwarna hijau tua. Bagian atap utama memiliki penunjuk arah mata angin.

Museum ini memiliki luas lebih dari 1.300 meter persegi. Pekarangan dengan susunan konblok, dan sebuah kolam dihiasi beberapa pohon tua.

Interior
Tata ruang dalam Museum Fatahillah dipersiapkan untuk menampilkan cerita berdasarkan kronologis sejarah Jakarta dalam bentuk display, diperlukan koleksi-koleksi yang berkaitan dengan sejarah dan ditunjang secara grafis dengan menggunakan foto-foto, gambar-gambar dan sketsa, peta dan label penjelasan agar mudah dipahami dalam kaitannya dengan faktor sejarah dan latar belakang sejarah Jakarta.dengan beberapa fasilitas ruang antara lain: Perpus, kantin museum, ruang sinema, souvenir shop,ruang pertemuan, ruang pamer, taman dalam.

Serta aktivitas yang dapat diikuti seperti:
1. Wisata Jakarta Lama, minimal 20 Orang
2. Wisata Night at Museum, minimal 20 Orang
3. Workshop Sketsa Gedung Tua, minimal 10 Orang
4. Nonton Bareng film-film Jadul, minimal 20 Orang
5. Pentas Seni Ala Jakarta

sumber :
Wikipedia

http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Fatahillah