Sabtu, 26 Juni 2010

ARSITEKTUR YUNANI (Sekitar 3000 – 30 SM)




Geografis, geologis dan iklim
Geografis
Kebudayaan Yunani berkembang sebelum mencapai masa puncaknya, dimulai ribuan tahun SM dari Pulau Krete (Crete), sebuah pulau di tengah – timur Laut Mediterania. Pulau itu dikelilingi oleh pulau-pulau kecil, disebelah utara pada Laut Agean. Disebelah timur ada Pulau Siprus (Cyprus) dan pantai barat – utara dari Semenanjung Arab terdiri dari negara-negara Siria, Libanon dan Israel. Di seberang selatan dari Pulau Krete terdapat wilayah pantai utara dari Benua Afrika, bagian dari Mesir dan Libia. Dari pulau tidak besar ini budaya Yunani yang sering disebut juga budaya Agean menyebar ke Yunani daratan yang ada di sebelah utaranya dan ke wilayah-­wilayah hampir semua pantai Laut Mediterania.
Geologis
Wilayah di mana budaya Agean berkembang mengandung bebatuan termasuk marmer di mana sangat berpengaruh dan menentukan perkembangan arsitektur, sebagai bahan bangunan utama. Marmer dan batu-batu terdapat melimpah di pegunungan Hymettus dan Pentilicus dekat Athena di. Yunani daratan.
Iklim
di wilayah Yunani beriklim sejuk, kadang hangat dan pada musim dingin tidak terlalu dingin. Suasana semacam ini membuat budaya masyrakatnya menyenangi kegiatan di luar (tidak di bawah atap) juga pada musim dingin seperti misalnya panggung terbuka yang sangat terkenal dengan amphytheatre-nya dan hampir semua kegiatan seni, berbagai upacara masyarakat, termasuk yang ritual religius.


Sejarah


Jaman Agea (Aegean), 3000 -1100 SM
Sejarah panjang Yunani dapat dibagi dalam beberapa periode. Peradaban tinggi Yunani sudah ada sejak jaman prasejarah sekitar 300(1 -1100 SM pada jaman perunggu disebut jaman Agea (Aegean). Diperkirakan suku bangsa Agea yang berpusat budaya di Pulau Krete (Crete), pulau terbesar di laut Mediterania, berasal dari Asia Minor yang mulai mengadakan migrasi pada Milineum IV SM. Sejak sekitar 1100 suku Dorian menguasai wilayah itu, sehingga kata Dorik (Doric) sebagai kata sifat sering dipakai untuk menyebut segala sesuatu terkait dengan Agea, termasuk budaya, dialek dan wilayah-nya.
Salah satu puncak kejayaan peradaban suku di wilayah tersebut dialami antara 1600 - 1400 SM. Masa itu sering disebut Jaman Minoan diambil dari nama penguasaanya Raja Minos dari Knosos berpusat pemerintahan di Pulau Krete. Peninggalan jaman itu berupa reruntuhan kerajaan, hancur pada sekitar 1400 SM.
Pemerintahan termasyhur berikutnya oleh Mycenae yang juga menjadi sebutan jaman, budaya dan bangsa, yaitu jaman Misena (Mycenean). Pemerintahan oleh Helladic di wilayah Agea juga mengalami kejayaan se­hingga jaman, budaya dan bangsa seeing pula mendapat sebutan terkenal yaitu Jaman Helinik (Hellinic). Nama Helinik sangat sering dipakai sebagai istilah atau sama artinya dengan Jaman Yunani Kuno. Peninggalan terkenal dari jaman ini adalah pusat pemerintahan di dalam benteng atau intra-muros.
Secara geologis telah disebut di atas, wilayah Agea banyak mengandung batu dan marmer, sehingga bahan alam tersebut men - jadi bahan utama dalam konstruksi. Istana Tiryns dan hampir semua pe­ninggalan arsitektur Yunani dibangun meng­gunakan batu sebagai bahan konstruksi utama. Istana Tiryns berada dalam benteng di puncak sebuah bukit dengan dinding pertahanan se­tebal 7.3 M. Konstruksi dinding batu pada ja­man itu berkembang mulai dari yang diolah sangat sederhana (cyclopean), diolah menjadi segi banyak (polygonal). Kemudian didapatkan konstruksi dinding dengan susunan batu dibentuk menjadi blok-blok berbentuk kubis sehingga konstruksinya disebut rectangular.
Salah satu reruntuhan dalam kompleks istana berupa pintu gerbang dengan patung singa kembar, hingga disebut Lion Gate (1300 SM). Selain memperlihatkan bagaimana konstruksi dari batu termasuk ambang atas gerbang, patung singa sangat indah dan proporsionat menunjukkan tingginya selera seni masyarakat pada jaman itu.


Periode Helinik (Hellinic) (650 - 323 SM).
Secara esensial arsitektur Yunani ter­bentuk oleh elemen utama yaitu : kolom dan balok. Saat itu konstruksi kuda-kuda (segi tiga) belum dikenal, sehingga semua bagian bangunan terbuat dari batu dibentuk menjadi kolom dan balok) Pada jaman ini, dinding juga terbuat dari batu dengan sistem konstruksi rektangular, yaitu batu disusun setelah di­bentuk menjadi blok-blok segi empat.
Pada jaman itu budaya tinggi Yunani telah mempelajari pengaruh optik terhadap pandangan sebuah bangunan. Karena pengaruh optik pada mata manusia, sudut pandang dan jarak antara yang memandang dengan bangun­an atau bagian bangunan yang dipandang ter­jadi ilusi yaitu perbedaan antara kenyataan dengan yang terlihat. Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal semacam itu dibuat koreksi dalam merancang dan membangun.
Sebagai contoh kecermatan para arsitek Yunani masa itu dalam mengatasi masalah tersebut di atas, nienaikkan setinggi 60 mm bagian tengah dari balok atas (architrave) dan lantai bawah (stylobate) dari Kuil Parthenon. Dengan demikian tidak terlihat melengkung ketika dipandang dari bawah karena pengaruh optik.


Hellinic periode 323 - 30 SM
Setelah budaya Yunani berkembang ke wilayah daratan, pusat pemerintahan tidak lagi di Pulau Krete, melainkan pindah ke Athena. Karena kemenangan dan kejayaan Alexander, budaya Yunani berkembang dan menyebar ke wilayah Timur - Dekat hingga Asia Minor.
Peninggalan arsitektur Yunani, hampir semua berupa bangunan religius, namun kemudian pada 400an tahun SM, berkembang menjadi kota dan permukiman dengan bangunan-bangunan publik lainnya.
Sebagai contoh dari perkembangan arsitektur pada masa ini adalah Acropolis di Athena, yang berada di puncak sebuah bukit dengan bangunan-bangunan selain kuil, juga teater (theatre). Dari segi tata-letak, tidak ada arah-arah tertentu dijadikan orientasi, namun semata-mata mendasarkan pada arah di mana pemandangan yang paling indah dan menarik. Teater terbuka sebagai ungkapan kesenangan orang-orang. Yunani untuk melaksanakan kegiatan diluar, nada Acropolis yang artinva kota di ketinggian, terletak di kaki bukit. Ke­beradaan teater tersebut di kaki bukit, mem­perlihatkan kecerdikan orang-orang Yunani, memanfaatkan kemiringan lereng bukit men­jadi bagian dari tempat penonton yang bertrap­,trap semakin ke belakang semakin tinggi. Selain itu, dari segi akustik, konstruksi yang memanfaatkan kemiringan alami dari lereng bukit, sangat baik dapat memantulkan bunyi kesegala arah, karena bentuk denahnya yang setengah lingkaran.









Tidak ada komentar: